Pekembangan Seni Sastra di Kerajaan Islam - Perkembangan seni sastra pada masa kerajaan Islam, ditandai dengan banyaknya pujangga-pujangga yang muncul pada saat itu. Abdurrauf, Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Nuruddin ar-Raniri adalah beberapa pujangga yang terkenal dari Kerajaan Aceh yang banyak dipengaruhi oleh ajaran tasawuf.
Seni Sastra |
Karya-karya Ham ah Fansuri antara lain berjudul Syair Perahu, Syair SiBurung Paingai, Sharab al-‘Ashiqin (Minuman Para Kekasih) dan Asrar Al-‘Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik), merupakan karya sastra yang banyak mengandung unsur agama. Syamsuddin karyanya berjudul Nur ad-Daqa’iq (Cahaya pada Kehalusan-kehalusan) adalah di antara karya-karya terpenting dalam tradisi Melayu. Nuruddin menulis Bustan as-Salatin (Taman Rajaraja), hasil karyanya ini merupakan salah satu buku terkemuka dalam kepustakaan Melayu. Di Pulau Jawa, Sunan Bonang mengembangkan ilmu suluk dalam bentuk puisi yang dibukukan dalam Kitab Bonang dan seorang pujangga Keraton Mataram Ronggowarsito membuat karya sastra yang di dalamnya mengandung ajaran-ajaran agama di antaranya berjudul Serat Wujil. Syekh Yusuf seorang ulama besar dari Makassar yang diangkat menjadi pujangga Kerajaan Banten, telah menghasilkan beberapa buku tentang tasawuf.
Melalui proses akulturasi, beberapa karya sastra yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha dan tradisi setempat dijadikan dasar dalam mengembangkan karya sastra Islam. Misalnya Hikayat Pandawa Lima, Hikayat PerangPandawa Jaya, Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rahwana, dan Hikayat Pancatantra yang merupakan gubahan dari karya sastra aman Hindu, seperti Mahabharata, Ramayana, Bharatayudha, dan Pancatantra. Karya sastra Melayu bercorak Islam yang berakulturasi dengan budaya setempat antara lain, Syair Panji Sumirang, Cerita Wayang Kinundang, Hikayat Panji Wilakusuma, Syair Ken Tambunan, Lelakon Mesa Kuminir, dan sebagainya.
Labels:
sejarah
Thanks for reading Pekembangan Seni Sastra di Kerajaan Islam. Please share...!
0 Komentar untuk "Pekembangan Seni Sastra di Kerajaan Islam"