Maros memiliki banyak catatan
sejarah yang kita dapat lihat buktinya sampai sekarang, salah satunya di taman
prasejarah leang-leang, yang menjadi bukti bahwa di maros sejak ribuan tahun
yang lalu, telah dihuni oleh manusia purba yang dikenal dengan nama Homo Sapiens . Lokasi Gua bersejarah
ini dekat dengan taman wisata Bantimurung Maros karena memang berada di lokasi
pegunungan karst Bantimurung-Bulusaraung, yang diklaim sebagai pegunungan karts
terpanjang di dunia setelah di Cina. Tepatnya di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Maros (sekitar 11 Km dari Kota Turikale, dan 44 Km dari Kota Makassar). Leang-leang berasal dari bahasa Makassar
yang berarti gua atau liang, disebut begitu karena di tempat ini terdapat
sekitar puluhan gua, yang sebagaiannya belum diteliti karena faktor lokasi yang
berada bukit terjal.
hamparan batu-batuan besar di Leang-leang |
Saya pun bersama teman sekampus
berkesempatan kesana jalan-jalan menjelang praktikum Biologi di kampus. Kami
memang bertujuan untuk tour tempat wisata ke Maros, setelah mengunjungi air
terjun Bantimurung, saya berinisiatif mengenalkan maros kepada mereke dengan
berkunjung ke Kawasan Purbakala Leang-leang.
Memasuki kawasan purbakala
leang-leang kami disambut oleh hamparan batu-batu besar yang susunannya rapi dan
sangat indah, pengunjungnya waktu itu sangat ramai karena ada salah satu
organisasi sejarah yang berada di tempat ini untuk melakukan pendidikan dasar
(diksar). Kami menapaki jalan yang sudah di semen, kami sempatkan untuk
berfoto-foto diatas batu-batu besar sebelum memasuki gua, bagi yang punya hobi
di bidang fotografi, tampaknya tempat ini sangat cocok karena memiliki medan
yang sangat luas dan tidak terjal. Apa lagi yang ingin foto sebelum resepsi
nikah, atau pra wedding, tempat ini sangat cocok untuk dijadikan latar
belakang.
Tangga menuju gua petta kere |
Untuk memasuki lokasi gua di leang-leang
yaitu di gua petta kere, kami harus
melewati sebuah jembatan yang memiliki sungai yang jernih, ada beberapa
bale-bale untuk dijadikan tempat istirahat dan juga tersedia rumah panggung
untuk dijadikan villa bagi yang mempunyai kegiatan dan memilih tempat ini
sebagai lokasi kegiatannya, dan untuk dijadikan tempat penyimpanan hasil galian
arkeolog di tempat ini seperti, peralatan makan, tombak besi, pisau batu, dan
fosil kerang. Di lokasi ini juga banyak
pohon-pohon besar yang warga disini menyebutnya pohon colok. Untuk menaiki gua petta
kere disediakan tangga yang tingginya kira-kira 20 meter, kami pun
menaikinya namun waktu itu pintunya dikunci, menurut petugas yang menjaganya
gua petta kere disterilkan karena akan ada peneliti yang akan menelitinya. Kami
pun sedikit kecewa, namun kekecewaan itu sirna setelah petugasnya yang sangat
ramah menunjukkan gua pettae yang bisa dimasuki dan
lokasinya cukup dekat dengan petta kere.
Penulis saat berada di pintu pagar gua Pettae |
Kami pun masuk ke sana, di pettae
merupakan gua yang juga termasuk deretan gua yang berada di kawasan purbakala
leang-leang. Gua ini sudah dipagari besi setinggi 1500 cm, untuk mengatisipasi
adanya orang yang ingin merusak situs cagar budaya. Namun waktu itu pagarnya
bisa dibuka, jadi kami pun berkesempatan untuk melihat secara langsung jejak
telapak tangan manusia purba yang biasanya kami lihat hanya di media cetak dan
acara jalan-jalan di televisi. Di dalam
hanya terlihat tiga gambaran telapak tangan dan babi rusa yang masih utuh,
sebenarnya ada lima tapi dua-nya sudah tidak bisa terlihat dengan jelas. Menurut
sumber yang ada disana, situs ini ditemukan oleh arkeolog dari negeri kincir angina
Belanda Mr. Van Heekeren dan Mrs. Heeren Palm, pada tahun 1950.
Gambar telapak tangan yang berada di gua pettae |
Bagi yang menyukai tempat-tempat
bersejarah, Kawasan prasejarah leang-leang dapat dijadikan obyek yang layak
dikunjungi, karena keasrian alam dan situs sejarahnya masih terjaga dari dari kejailan orang-orang. Lokasinya dekat
dengan wisata air terjun Bantimurung, dai Makassar dapat ditempuh sekitar
kuarang lebih satu jam perjalanan.
0 Komentar untuk "Mencari Jejak situs Prasejarah di Kawasan Leang-leang"