PERHAATIAN ! Jika anda membacanya, pasti anda akan mengira saya sombong. Ini cuman Tugas Final mata Kuliahku Psikologi Pendidikan, saya menghubung2kannya dengan teori, tapi kisah dibawah benar-benar nyata.......... Silahkan Membaca
Nama saya
Budianto, yang lahir di Maros di sebuah desa kecil, 20 tahun silam. Awalnya
saya mengenyam pendidikan dari ayahku sendiri, karena mereka tidak memasukkan
saya ke TK seperti anak seusia saya waktu itu yang memulai pendidikannya lewat
TK. Tetapi dari situlah, hanya bermodalkan mengajari saya menghitung
punya dampak bagi saya sampai sekarang. Awalnya mau dikasih masuk SD tahun1998
di usia 6 tahun, tetapi saya waktu itu tidak mau, dan akhirnya pun dimasukkan
setahun kemudian.
Pada
masa SD, Alhamdulillah saya kebanyakan mendapatkan peringkat pertama, dengan
nilai yang menonjol adalah matematika, di kelas 2 SD saat belajar perkalian,
saya lah murid yang pertama cepat tahu, saya pun disuruh ajari teman-teman yang
lain. Sempat saya tidak mendapat rengking waktu kelas 3 catur wulan 3, karena sering sakit-sakitan dan banyak
pelajaran yang saya tinggali, termasuk ulangan., yang membuat saya waktu itu
tidak mendapatkan peringkat kelas. Jadi pas sampai ke rumah, saya dimarahi dan
inilah membuat saya tertekan dalam belajar. Tapi Alhamdulillah sampai kelas 5
mendapat peringkat 1 terus. Tapi itu tidak berlanjut lagi di kelas 6 dimana saya
mendapatkan peringkat ke-3, awalnya kembali takut, namun lama-lama perasaan
takut itu pun hilang.
Ke jenjang ke-2 yaitu SMP saya melanjutkannya
di Makassar tepatnya di SMPN 34 Makassar karena kebetulan juga, ada nenek juga
yang menetap di sekitaran sekolah menengah pertama itu. Awalnya ingin di
sekolahkan di Maros, tapi melihat perkembangan teman-teman saya yang pada nakal-nakal,
jadi akhirnya disekolahkan di Makassar. Di awal hingga akhir sekolah , saya
sangat menikmati karena dengan sekolah baru, daerah baru, saya bisa memiliki
banyak teman. Di SMP juga, nilai matematikaku selalu yang menonjol dari
nilai-nilai lainnya, sempat suatu ketika, waktu ulangan akhir, saya
satu-satunya yang lolos. Sempat juga gara-gara matematika, sebuah bimbel
menunjuk saya mewakili sekolah ke olimpiade matematika, tapi karena tidak ada
izin dari sekolah , perwakilan sekolah pun tidak ada di olimpiade tingkat smp
waktu itu.
Ke tingkat
Sekolah menegah Atas, saya sekolah di dekat rumah nenek juga, yaitu di SMA
Negeri 18 Makassar, disini kebanyakan yang saya temui adalah teman-teman dari
SMP dan ada juga teman dari SD yang sekolah disini. Masa SMA, disini saya lebih
banyak mendapatkan guru-guru yang sensitif. Pernah suatu ketika kelas 2 SMA,
pada saat belajar, tidak sengaja juga ketawa keras bersama temanku, jadi
akhirnya waktu itu di kasih keluar dan tidak boleh mengikuti pelajarannya
hingga selesai. Sempat panik juga dibuatnya, karena saya pikir bisa-bisa tidak bisa naik kelas
kalau begini. Jadi akhirnya saya sempatkan minta maaf dengan beliau, dan
Alhamdulillah dimaafkan tapi waktu itu disuruh buat surat pernyataan. Naik di
kelas 3, lagi-lagi mendapatkan hal yang kurang baik, saat seluruh teman kelasku
dihukum memutari lapangan gara-gara ada salah satu teman yang tidak
mengumpulkan tugasnya. Padahal guru yang menghukum kami semua ini adalah guru
yang membiayai semua keperluan sekolahku kelas dua dan kelas tiga seperti
Pembayaran uang komite, beli buku dan koperasi, dan sampai baju pun beliau yang
belikan, guru-guru yang lain pun menyebutnya saya ini anak angkatnya. Saya
sangat berterimah kasih kepada beliau, karena memang saya berada dalam
kesulitan ekonomi. Di masa SMA juga, Nilai Matematika Alhamdulillah lagi-lagi
yang menonjol, akibatnya saya sering ditunjuk untuk mewakili sekolah ke ajang
lomba mata pelajaran Matematika, termasuk ikut Olimpiade Matematika, tapi
gagal, karena kami perwakilan sekolah terlambat datang di lokasi acara.
Untuk memasuki
ke jenjang yang lebih tinggi lagi saya perlu berusaha keras, karena gara-gara
kesulitan ekonomi keluarga saya. Jadi waktu itu, karena sukanya mencari tahu informasi lewat
internet, Alhamdulillah dapat juga informasi beasiswa ke jenjang S1, dan
beasiswa yang ingin saya dapat ini adalah beasiswa Bidik Misi. Untuk
mendapatkan beasiswa ini perlu usaha keras, karena sekolah waktu itu kurang
informasi juga, jadinya saya yang harus bergerak memberitahu kepala sekolah,
guru, dan Alhamdulillah di respon. Suatu ketika menjelang batas terakhir
pendaftaran SNMPTN Jalur undangan, ternyata
akreditasi sekolah saya berakhir. Dan akreditasi inilah jadi syarat
mendaftar SNMPTN Undangan dan Bidik Misi. Informasinya saya dapat lewat
internet, dan tidak ada nama SMA 18 Makassar di daftar akreditasi itu. Jadi
saya sempat bertanyaa ke guruku, serta kepala sekolah, yang awalnya bilang
akreditasinya ada. Tapi mereka pun akhirnya sadar, setelah saya jelaskan semua.
Dan sekolah pun bergerak mengurus semua, dan akhirnya pas hari terakhir
Alhamdulillah keluar dengan nilai B+. guru-guruku semua akhirnya bergerak semua
mendaftarkan siswa-siswa yang berprestasi peringkat 1-10. Dan Alhamdulillah
waktu itu saya peringkat dua. Saya sempat bingung memilih jurusan, tapi
akhirnya saya memilih favoritku Matematika UNM, TIK UNM, dan KesMas Unhas.
waktu itu juga sempat guru saya yang mendaftarkan kami ke databes kemendiknas,
lupa memasukkan saya ke data calon penerima bidik Misi, tapi akhirnya terdaftar
juga karena saya yang mengingatkan.
Singkat cerita, saat pengumuman tiba, ternyata saya
tidak lulus. Sempat kecewa, terus saya berpikir , masih ada jalan. SNMPTN
Tulis. Di SNMPTN Tulis mencoba mengambil matematika UNM kembali sesuai apa yang
saya inginkan, terus pilihan kedua saya bingung, tapi akhirnya saya mencoba
mengambil pend. Biologi UIN. Di jalur ini, saya tidak mengambil jalur bidik
misi karena kecerobohan saya yang mengambil 2 universitas, padahal aturan bidik
misi hanya satu universitas. Tapi tidak apa-apa intinya berdoa saja. Terus saya
lalui ujiannya, dan saat pengumuman tiba, Alhamdulillah Lulus di jalur ini.
Tetapi yang membuat saya tidak terlalu senang adalah jurusan yang saya lulusi
itu tidak sesuai dengan minat saya, yang menyukai perhitungan, terus ke dua
biaya kuliah. Jadi pas malam pengumuman itu jadi gelisah apalagi orangtua tidak
sanggup untuk membiayai saya, apalagi jarak rumah ke kampus UIN alauddin yang
sangat jauh, besoknya saya cek kepastiannya di warnet buka situs UIN Alauddin,
dan Alhamdulillah rejeki memang tidak kemana. Nama saya tertera Bidik Misi,
kaget juga karena sempat tidak daftar ulang di SNMPTN Tulis, tapi itu mungkin
pengaruh di jalur snmptn undangan. Saya pun akhirnya kuliah di jurusan yang
sebenarnya saya tidak suka, karena banyak penghafalannya terus otakku hanya
mampu menganalisa soal logika. Tetapi dalam benak saya, “ini sudah rejekimu lulus disini, jadi jalani saja”. Dan lama
kelamaan saya pun mulai beradaptasi dengan materi-materi Biologi.
Dari
kisah saya diatas, teori psikologi pendidikan yang cocok adalah teori Multiple
Intellegences. Yang dikemukakan oleh Howard Gardner tahun 1999, yang
telah mengedentifikasi kecerdasan seseorang yang terbagi menjadi 10 kecerdasan,
salah satunya kecerdasan logika-matematika. Kecerdasan ini yang ada pada diri
saya, Sejak saya kecil saya sudah diajari menghitung, dari SD hingga SMA juga
saya memiliki nilai yang bagus pada mata pelajaran matematika, karena otak saya
cepat sekali memahami/menangkap materi yang berbau hitungan(angka-angka).
Tetapi pada akhirnya, karena taqdir atau rejeki dari Tuhan, saya tidak kuliah
di jurusan yang saya inginkan, tapi saya juga percaya bahwa itu semua pasti ada
hikmahnya.
Adapun
ayat yang sesuai dengan Kecerdasan Logika-matematika ini yaitu pada surah
Al-Ankabut ayat 43 yang berbunyi:
Artinya: Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami (Allah) buatkan untuk manusia; dan tidak dapat
memahaminya kecuali orang yang berilmu.”
Ayat diatas bermakna bahwa, kita
disuruh berpikir secara logis, menyimpulkan
apa yang telah menjadi perumpamaan yang telah diberikan Allah, tentang
bergantinya siang dan malam, terjadinya langit dan bumi, dan lain-lain.
Labels:
cerita,
pendidikan,
Psikologi Pendidikan
Thanks for reading Pengalaman Pendidikan Berdasarkan Teori Psikologi. Please share...!
Mantap :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus