Makalah : Pendidikan Psikologi
Dosen
Pengampuh : Umi Kusyairi, S. Psi , MA
Tugas
Kelompok
TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
KELOMPOK IX :
1) BUDIANTO 20500111019
2) DESA PUSPITASARI 20500111022
3) ANDI NURHERATI 205001110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur
atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga kita bisa membedakan antara baik dan
buruk.
Terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Psikologi Pendidikan Ibu Umi
Kusyairy, S. Psi , MA yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini. Serta kepada teman-teman yang
telah memberi dukungan agar makalah ini selesai sesuai dengan waktunya.
Semoga dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan yang tentuny amemiliki nilai-nilai kebaikan yang sangat tinggi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun
kami harapkan agar makalah ini lebih sempurna kedepanya.
Makassar, 30 November 2012
Kelompok XI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pesatnya
perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru.
Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap
perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi
perubahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan belajar.
Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia agar
dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan. Belajar adalah
suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya. Salah satu psikolog yang
terkenal dengan teori pembelajaran adalah Albert Bandura. Ia lahir Mondare pada
tanggal 4 Desember 1925. Bandura merupakan seorang psikologi yang sangat
berkontribusi terhadap pembentukan
perilaku anak melalui pembelajaran dalam tradisi behavioris dan teori
pembelajarannya.
Teori Bandura yang sangat terkenal adalah
Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) yang menekankan pada
komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi. Dan berdasarkan teori
inilah, kami membuat makalah ini sebagai pembelajaran bagaimana teori belajar
sosial itu dan pengimplikasiaannya dalam pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apakah
yang dimaksud dengan Belajar sosial?
2. Bagaimanakah
teori belajar sosial itu?
3. Apa
jenis-jenis dari permodelan?
4. Bagaimana
karektistik-karektistik model yang efektif?
5. Apa
kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial Bandura?
6. Bagaimana
implikasinya dalam pendidikan dari teori belajar sosial?
7. Bagiamana
Teori pembelajaran sosial dalam perfektif Islam?
C.
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian belajar sosial.
2. Untuk
mengetahui bagaimana teori belajar sosial itu.
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis teori permodelan.
4. Untuk
mengetahui karektiristik-karekteritik dari model yang efektif.
5. Untuk
meengetahui kelemahan dan kelebihan dari teori belajar sosial Bandura.
6. Untuk
menegetahui implikasi dalam pendidikan teori belajar sosial.
7. Untuk
Mengetahui Teori pembelajaran sosial dalam perfektif Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Sosial
1. Belajar
Hamalik
berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat
pelatihan dan pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dan bukan semata-mata
hasil yang hendak dicapai.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia
ditulis bahwa “ belajar: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” Dari arti
atau defenisi maka belajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas.
Menurut Wikipedia bahwa belajar
adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk
mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan definisi diatas maka
belajar adalah suatu proses tingkah laku yang dari awalnya tidak tahu menjadi
tahu.
2.
Sosial
Menurut Lewis sosial adalah sesuatu
yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi sehari-hari antara
warga negara dan pemerintahannya.
Menurut Peter Herman Sosial adalah
sesuatu yang dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai
satu kesatuan.
Jadi sosial arti sempitnya berarti
kemasyarakatan, dimana sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang
lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa
hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat
atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda
sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet.
3.
Belajar Sosial
Berdasarkan
kedua kesimpulan diatas maka belajar sosial adalah suatu proses tingkah laku
dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola perilaku orang lain (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi
tahu.
Menurut Alex Sobur (2003) sendiri Belajar
sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman
terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan
sebagainya. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami masalah
keluarga, masalah penyelesaian konflik antar etnis atau antar kelompok, dan
masalah-masalah lain yang bersifat sosial.
B.
Teori
Belajar Sosial
Albert Bandura sangat terkenal
dengan teori pembelajaran social ( Social
Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan
pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang
psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta
efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan
oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor
pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa
ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup
pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan salah
satu peracang teori kognitif social. Meourut Bandura ketika siswa belajar
mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara
kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic
resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif
dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan,
faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya
kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor
kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Gambar
2.1 : Hubungan antara tingkah laku (behavioristic), person/kognitif, dan
Lingkungan belajar (Learning environment) menurut Bandura
Teori Belajar Sosial (Social
Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan
memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori
ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar
melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu
lain yang menjadi model.
Bandura menyatakan bahwa orang
belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima.
Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku
model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar
semacam ini disebut "observational
learning" atau pembelajaran melalui pengamatan.
Selama jalannya Observational Learning, seseorang
mencoba melakukan tingkah laku yang dilihatnya dan reinforcement/ punishment berfungsi sebagai sumber informasi bagi
seseorang mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar sosial ini
menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses
pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap
perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap mempunyai nilai
lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial
adalah modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau
mengulangi perilaku model tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau
pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan
sekaligus melibatkan proses kognitif.
Menurut Bandura (1986) yang
dikutip dari (http://mayakabbaro.wordpress.com/2012/03/09/teori-pembelajaran-sosial-bandura/)
mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru (modeling) melalui
pengamatan, yaitu:
1. Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan
terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru.
Keinginan untuk meniru model karena model tersebut memperlihatkan atau
mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasilk, anggun, berkuasa dan
sifat-sifat lain.
Dalam hubungan ini Bandura
memberikan contoh mengenai pengaruh televisi dengan model-modelnya terhadap
kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia anak-anak.
Keinginan memperhatikan
dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat pribadi. Semakin ada
hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah tertarik perhatiannya;
sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan seseorang tidak
tertarik perhatiannya.
2. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati
suatu model, maka pada saat lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama
dengan model tersebut. Anak melakukan proses retensi atau mengingat dengan
menyimpan memori mengenai model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol.
Bandura mengemukakan kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya
asosiasi antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain bersama-sama.
Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain untuk
disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir
sama dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat
ini tidak hanya diperoleh berdasarkan pengamatan visual, melainkan juga melalui
verbalisasi. Ada simbol-simbol verbal yang nantinya bisa dtampilkan dalam
tingkah laku yang berwujud. Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih
terbatas, maka kemampuan meniru hanya terbatas pada kemampuan mensimbolisasikan
melalui pengamatan visual.
3. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah
laku secara tepat, seseorang harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan
–kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga meliputi kekuatan fisik.
Misalnya seorang anak mengamati ayahnya mencangkul di ladang. Agar anak ini
dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk
mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.
4. Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap
suatu model, ia akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan
dalam tingkah laku yang nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada.
Apabila motivasi kuat untuk memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau
keuntungan, maka ia akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu
perbuatan untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut
ulangan – penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai
bentuk acuan pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau
pihak-pihak lain dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan
teori ini. mereka dapat lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak
untuk ditunjukkan kepada anak sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola
tingkah laku diri.
C.
Jenis
– jenis Peniruan (modeling)
1.
Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung
dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas
pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
ketrampilan itu dilakukan.
Meniru
tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2.
Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah
melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak
yang dibaca dalam buku, dan memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3.
Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan
cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan
tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya.
4.
Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya
sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh
: Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5.
Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh
: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan
bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.
Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan
sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan
dalam kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai
contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai
sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa
yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga
didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku
panduan.
2.
Individu lebih menyukai perilaku yang
ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.
Individu akan menyukai perilaku yang ditiru
jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang
bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini
merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan
psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar
masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam
iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular
dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun
supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian
antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri –
cirri model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan kemampuan,
penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model
seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang
sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung
imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh
interaksi antara ciri model dengan observernya.
D.
Karekteristik-karektiristik
Model yang efektif
Menurut Jeanne Ellis ormrod
(2008) ada 4 karakteristik dari beberapa model yaitu:
1.
Kompetensi:
pembelajar
biasanya meniru orang-orang yang melakukan sesuatu dengan baik, bukan
sebaliknya. Mereka akan mencoba meniru keterampilan bermain bola dari seorang
pemain bola professional yang sudah punya skill. Pembelajar mendapatkan manfaat
tidak hanya dari mengamati apa yang dilakukan oleh model kompeten, melainkan
juga dari melihat hasil dari hasil akhir yang telah diciptakan oleh model yang
kompeten tersebut.
2.
Prestise
dan kekuasaan: Anak-anak remaja sering meniru orang
yang terkenal atau orang yang berkuasa. Beberapa model yang efektif, pemimpin
dunia, atlet terkenal, bintang rock popular adalah orang-orang yang terkenal di
tingkat nasional maupun internasional. Jadi, selain sendiri mencontohkan
perilaku yang diharapkan sebaiknya memajan (expose) siswa dengan berbagai model
yang mungkin mereka anggap kompeten dan berprestise.
3.
Perilaku
“Sesuai-Jender”: Pembelajar paling mungkin mengadopsi
perilaku yang mereka anggap sesuai dengan jender mereka. Individu yang berbeda,
tentu saja, bias mendefinisikan yang sesuai jender dengan agak berbeda. Sebagai
contoh, beberapa anak perempuan mungkin menjauhkan diri dari berkarir di bidang
matematika, yang mereka rasa terlalu maskulin.
4.
Perilaku
yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri:
pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka yakini akan membantu
mereka dalam situasi mereka. Sebagai contoh, seseorag siswa sekolah menengah
lebih mungkin meniru cara berpakaian teman-teman sekelasnya yang popular jika
dia berpikir dia dapat menjadi popular dengan mengenakan pakaian semacam itu.
Banyak
penelitian telah dilakukan mengenai
dampak model pada tiga area: keterampilan akademis (academic skilss), agresi (aggression),
dan perilaku intrapersonal (interpersonal
behaviors).
1.
Keterampilan Akademis (academic skills): siswa mempelajari
banyak keterampilan akademis, setidaknya sebagian, dengan mengamati apa yang
dilakukan orang lain. Misalnya, mereka mungkin belajar bagaimana memecahkan
soal pembagian yang panjang atau menulisn karangan yang kohesif sebagian dengan
mengamati bagaimana guru dan teman mereka melakukan hal tersebut. Pemodelan
keterampilan akademik secara khusus dapat efektif ketika model memperagakan
tidak hanya bagaimana melakukan suatu tugas, tapi juga bagaimana memikirkan
tugas tersebut.
2.
Agresi (aggression): banyak kajian
penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih agresif ketika
mereka mengamati model yang agresif atau berperilaku kasar. Anak-anak mempelajari
agresi tidak hanya dari model hidup (live
models), tapi juga dari model simbolik (symbolic
models) yang mereka lihat di film, televise, atau video game.
3.
Perilaku Interpersonal: dengan mengamati
dan meniru orang lain, pembelajar mendapatkan banyak keterampilan
interpersonal. Sebagai contoh, dalam kelompok kecil dengan teman-teman kelas,
anak-anak bias mengadopsi strategi satu sama lain untuk melakukan diskusi
mengenai kesusasteraan, mungkin belajar bagaimana meminta pendapat satu sama
lain (“Bagaimana menurutmu, Jalisha?”), mengepresikan persetujuan atau
ketidaksetujuan (“aku setuju dengan kordel karena …… “), dan membenarkan suatu
sudut pandang (“aku pikir hal itu sebaiknya tidak diperbolehkan, karena ……”).
E.
Kekurangan
dan kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Ada
beberapa kelemahan dan kelebihan Teori belajar sosial Albert Bandura seperti
yang kami kutip dari (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/)
yaitu sebagai berikut:
1.
Kelemahan
Teori
pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia
belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling
), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini
juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
2.
Kelebihan
Teori
Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata –
mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan
teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan
merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak –
anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak –
anak, faktor social dan kognitif.
F.
Implikasi
dalam Pendidikan
Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial
yang dipelopori oleh Albert Bandura, pemerhati akan meniru setiap tingkah laku
'model' sekiranya tingkah laku model tersebut mempunyai ciri-ciri seperti
bakat, kecerdasan, kuasa, kecantikan atau pun populariti yang diminati oleh
pemerhati.
Sudah tentu, sebagai seorang guru,
kita sewajarnya turut mempunyai sedikit/sebanyak mengenai ciri-ciri yang
disebutkan di atas. Ia secara tidak langsung amat berkait rapat terhadap proses
pengajaran dan pembelajaran.
Antara implikasi yang berkait rapat
dengan Teori Pembelajaran Sosial terhadap pengajaran dan pembelajaran yang
pertama ialah sebagai seorang guru, amat penting bagi kita memberi setiap orang
murid peluang untuk memerhati dan mencontohi berbagai jenis model yang menunjukkan
tingkah laku yang diingini.
Oleh yang demikian, kita hendaklah
memastikan bahawa kita sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh
diteladani serta memaklumkan kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku
yang tidak bermoral, melanggar norma-norma masyarakat dan undang-undang,
bersifat eksploitasi dan manipulasi dan sebagainya.
Kedua, kita sebagai guru perlu
memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar
modeling boleh berlaku. Perkara seperti memberi insentif, pengukuhan dan
sokongan moral seharusnya diberi kepada murid-murid secara terus menerus bagi
menggalakkan berlakunya tingkahlaku yang baik dalam kalangan murid-murid pada
masa kini.
Selain itu, persembahan pengajaran
seseorang guru seharusnya tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian
murid-murid serta seharusnya dapat dijadikan model untuk diikuti oleh mereka.
Tambahan lagi, guru mestilah senantiasa mahir dalam komunikasi agar setiap kali sesi
demonstrasi pembelajaran di dalam kelas jelas,dapat dipahami dan dapat diikuti
oleh murid dengan mudah dan tepat. Contohnya, jika guru mengajar cara-cara
untuk menghasilkan lukisan, guru mestilah menerangkan dahulu langkah-langkahnya
agar ia dapat diikuti oleh murid secara mudah.
Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008) yang membagi-bagi implikasi teori belajar sosial ke dalam 5 bagian berdasarkan asumsi-asumsi dasar teori kognitif sosial yaitu:
Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008) yang membagi-bagi implikasi teori belajar sosial ke dalam 5 bagian berdasarkan asumsi-asumsi dasar teori kognitif sosial yaitu:
G.
Teori
pembelajaran sosial dalam perpektif Islam
Dalam Islam keteladanan
tertinggi ada pada Nabi Muhammad saw., dialah yang menjadi panutan dan suri
teladan bagi kaum muslimin seluruhnya. Segala sikap dan tingkah laku kaum
muslimin pastilah harus mengikuti sikap dan perilaku beliau, maka mengikuti
apa-apa yang datang dari Nabi saw. adalah termasuk ibadah dan mengandung
pahala. Hal ini tidak lain karena Allah telah menetapkan agar Rasul-Nya selalu
menjadi contoh yang baik dan karena Allahlah yang telah mendidiknya dengan
didikan yang sebaik-baiknya.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.
Sayyidah
Aisyah pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. dan beliau berkata:
“Akhlaknya
adalah al-Qur’an."
Kemudian
al-Asakari dan Ibnu as-Sam’ani juga pernah meriwayatkan dari Rasulullah saw.
bahwa beliau pernah bersabda, yang artinya:
“Tuhan
telah mendidikku dengan pendidikan yang baik.”
Sedangkan dalam keluarga, orang
tua adalah teladan bagi anak-anaknya, oleh karena itu orang tua memiliki
kewajiban yang besar untuk memberi teladan yang baik sebagaimana Rasulullah
saw. menjadi suri teladan bagi kaum muslimin.
Bagaimana pun perilaku orang tua
sangat berpengaruh pada perilaku anak. Hal ini karena anak dalam perkembangan
hidupnya selalu belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain, dalam
hal ini yang paling penting adalah orang tua. Melalui cara belajar mengamati
(juga disebut “modeling” atau “imitasi / imitation”), anak dengan kemampuan
kognitif mereka mengamati perilaku orang lain dan kemudian mengadopsi perilaku
itu ke dalam dirinya.
Pakar psikologi asal Amerika,
Albert Bandura, telah mengemukakan teori yang menyangkut hal ini, yang disebut
dengan teori belajar sosial (social learning theory), menurut teori ini, anak
belajar dengan melakukan modeling (meniru) pada perilaku orang tuanya. Sebagai
contoh, seorang anak laki-laki kecil mungkin mengamati ledakan amarah dan sikap
permusuhan ayahnya yang agresif dengan orang lain, ketika diamati bersama-sama
dengan teman-teman sebayanya, gaya berinteraksi anak laki-laki kecil tadi
sangat agresif, memperlihatkan perilaku yang sama dengan yang ditunjukkan oleh
ayahnya.
Mengapa anak termotivasi untuk
meniru perilaku orang tua mereka? Hal ini karena anak-anak mengharapkan, baik
secara sadar maupun tidak sadar untuk dapat memperoleh dan mempertahankan
afeksi (cinta dan kasih sayang) dari orang tua mereka dan menghindari hukuman
(punishment) dengan berperilaku seperti orang tua mereka.
Dengan demikian keteladanan
menjadi sarana pendidikan yang lebih efektif dari sekadar kata-kata perintah
kepada anak-anak tanpa adanya contoh nyata dari orang tua. Karena kata-kata
perintah tanpa adanya contoh nyata adalah sama dengan omong kosong. Orang tua
yang selalu memerintahkan untuk membaca buku, tetapi mereka sendiri dalam
kesehariannya tidak sedikit pun memegang, apalagi membaca buku, bukannya
membuat anak gemar membaca, melainkan yang terjadi adalah kekecewaan anak
terhadap perilaku orang tuanya. Padahal, dengan selalu membaca buku di depan
anak-anak, cukuplah membuat anak-anak gemar membaca tanpa harus ada perintah
dari orang tua. Demikian juga orang tua yang selalu menyuruh anaknya untuk
shalat atau melakukan ibadah lainnya, namun mereka sendiri tidak melakukannya,
maka hal ini hanya akan membuat anak-anak mereka menjadi kehilangan contoh yang
dapat diikuti dan membuat mereka menjadi bebal. Mengenai hal ini Allah SWT.
memperingati orang-orang yang beriman dalam al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.” (QS as-Shaff:
2—3).
Rasulullah
juga pernah bersabda, yang artinya:
“Pada hari kiamat didatangkan seorang
laki-laki dan dilemparkan ke dalam neraka kemudian usunya terburai. Kemudian
dia mengitari usus itu bagai keledai mengitari batu penggilingan. Lalu penduduk
neraka mengelilinginya seraya berkata: Hai fulan mengapa kamu jadi begini?
Bukankah kamu dahulu suka menyuruh manusia mengerjakan kebaikan dan melarang
manusia mengerjakan kejahatan? Si fulan menjawab: Benar, dulu aku suka menyuruh
manusia berbuat kebaikan, tetapi aku sendiri tidak melakukannya. Aku menyuruh
manusia meninggalkan perbuatan jahat, tetapi aku sendiri mengerjakannya.”
(HR. Imam al-Bukhari).
Para pakar psikologi
perkembangan anak meyakini pendekatan “lakukan seperti yang aku katakan, bukan
seperti yang aku lakukan“ oleh orang tua bukan merupakan strategi yang
bijaksana. Anak-anak yang melihat orang tua mereka shalat secara teratur dan
mendengarkan mereka berbicara tentang betapa berakhlaknya mereka, tetapi
kemudian mengamati mereka berbohong kepada orang lain, tidak pernah berzakat,
menolak memberikan bantuan kepada ornag lain yang membutuhkan dan memperlakukan
orang lain dengan sedikit penghormatan, anak akan lebih meniru tindakan orang
tua mereka daripada kata-kata mereka. Oleh karena itu, dalam kasus anak meniru
orang tua, ungkapan populer berikut sering menganduang kebenaran: Tindakan,
berbicara lebih keras daripada kata-kata.
Dengan demikian, jelaslah bahwa
dalam pendidikan Islam, yang dibutuhkan adalah keteladanan langsung dari orang
tua, bukan hanya sekadar kata-kata perintah dan larangan semata.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dipetik dari
Makalah ini adalah:
1.
Belajar sosial adalah suatu proses
tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola perilaku orang
lain (masyarakat) yang awalnya tidak
tahu menjadi tahu.
2.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan
oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor
pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri
dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan.
3.
Ada lima jenis-jenis teori permodelan
alber bandura yaitu Peniruan Langsung Peniruan Tak Langsung, Peniruan Gabungan,
Peniruan Sesaat / seketika. Dan Peniruan Berkelanjutan.
4.
Beberapa karakteristik dari model yang
efektif untuk ditiru adalah Kompetensi, Prestise dan kekuasaan,
Perilaku “Sesuai-Jender”, dan Perilaku yang relevan dengan
situasi pembelajar sendiri. Mungkin dari orang yang anda tiru, ada ciri-ciri
seperti diatas.
5.
Kekurangan dari teori pembelajaran
sosial yaitu adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru. Sedangkan kelebihan dari teori ini adalah lebih
lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa
lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang
tersebut.
6.
Implikasi Teori belajar sosial dalam
pendidikan adalah hendaklah memastikan bahwa kita sendiri boleh menunjukkan
tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan kepada anak murid berkenaan
kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, sebagai guru perlu memastikan
dan berusaha menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar modeling boleh
berlaku, dan Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya
tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya
dapatdijadikan model untuk diikuti oleh mereka.
7.
Yang menjadi inti dari Teori belajar
sosial dalam persfektif Islam adalah manusia bisa menjadi suri teladan yang
baik bagi orang-orang disekitarnya, , seperti Nabi Muhammad SAW yang menjadi
suri teladan bagi semua insan Manusia.
B.
Saran
Saran yang ingin kami sampaikan
adalah bahwa kita sebagai pembelajar maupun yang nantinya akan menjadi model
(contoh), hendaknya bersikap mengikuti sikap dan perilaku Nabi saw, karena
beliau adalah suri teladan yang baik sesuai apa yang dijelaskan Allah dalam
Alquran. Dan hendaknya jika ingin meniru tingkah laku orang lain, tirulah yang
baik-baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2009. Teori Pembelajarn Sosial Bandura.
Dikutip tanggal 28 November 2012. http://mayakabbaro.wordpress.com/2012/03/09/teori-pembelajaran-sosial-bandura/
Hiro. 2010. Yang Perlu Diketahui dalam Keteladanan Mendidik Anak. Dikutip
Tanggal 1 Desember 2012.. (http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/yang-perlu-diketahui-tentang.html(
Ormrod,
Jeanne. E. 2008. Psikologi Pendidikan:
Membantu Siswa Tumbuh Berkembang. Jakarta: Erlangga
Syah,
Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Winarto,
Joko. 2011. Teori Belajar Sosial Albert Bandura. Dikutip Tanggal 29 November
2012. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/)
Wikipedia
Indonesia. Belajar. Dikutip Tanggal 298 November 2012. (http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar)
Labels:
Makalah,
pendidikan,
Psikologi Pendidikan
Thanks for reading Teori Pembelajaran Sosial dan Implikasinya Dalam Pendidikan. Please share...!
Terimakasih, infonya sangat membantu :)
BalasHapus